Katanya setiap kejadian itu ada hikmahnya, benarkah?
Sabtu, 27 januari 2017.
Hape ku jatuh. Hilang. Aaah kok bisa ceroboh gini sih. Aku rogoh lagi, saku jaketku. Kosong. Deg. Masih kosong.
Oke, buka tas. Cek apa hape di tas. Tapi, gak mungkin. Aku ingat betul, tadi selepas beli bensin (eceran di warung) aku sempat bales beberapa chat yang ku anggap penting. Lalu, hape ku saku.
Duh dimana? Aku berada di pinggir jalan.
Ah, pasti ini juga udah ditunggu teman-teman yang lain. Langsung ke tempat kumpul atau nyari hape dulu nih? Seharusnya jam segini udah ngumpul bareng temen2 yg akan ke kaliurang. Acara sabtu pagi sampai minggu siang. Nginep.
Aku putuskan untuk kembali ke tempat penjual bensin. Disitu pemilik bilang kalau tidak tahu ada hape yang ku maksud. Dengan berbaik hati, beliau menawarkan untuk memakai hapenya untuk "misscall" nomerku. Beberapa kali menghubungi akhirnya ada yang angkat.
Di percakapan telepon, ternyata ada yang menemukan hape ku, dan dibawa kerumahnya.Aku disuruh untuk datang kerumahnya. Dusun majegan, mbah gino.
Aku langsung kesana menuju dusun yang dimaksud. Entah secara kebetulan, aku ketemu dengan Pak Muji, Ketua BKM dimana aku sebagai anggotanya, beliau sedusun sama yang katanya menemukan hapeku.
Beliau bilang disini tidak ada yang namanya mbah gino. Duhh. Akhirnya, Pak Muji inisiatif buat misscall lagi nomerku, dua kali dihubungi nomerku sudah gak aktif. Mulai muncul pikiran negatifku. Jangan-jangan...
Beliau tanya-tanya yang lewat, karena posisi kami di jalan pinggir dusun memastikan ada tidaknya nama mbah gino. Dari beberapa orang yang ditanyai, memang tidak ada yang namanya mbah gino.
Aku pasrah. Namun, ada salah satu warga yang mengusulkan untuk lapor ke polres untuk minta dilacakkan posisi sinyal terakhir hapenya. Katanya beliau pernah melakukan itu.
Emm, entah apakah itu memang lazim dilakukan atau tidak?
Aku pamit pulang dulu. Kalau memang perlu ke polres, mungkin ajak orang rumah aja untuk nemenin.
Perjalanan ke rumah, sampai di persawahan, aku ketemu sepupu sama suami dan anaknya yang hendak ke sawah, aku hadang dia dan menceritakan kejadian hapeku ilang.
Sebelum ke polres, kita pastikan lagi nomerku bisa dihubungi lagi atau tidak. Dan, ternyata nomerku masih aktif. Ditunggu beberapa kali, belum diangkat. Panggilan ketiga diangkat, masih dengan suara ibu-ibu yang tadi. Aku menceritakan kalau aku sudah ke majegan, tapi tidak ada yang namanya mbah gino.
Ibunya bilang, bukan mbah gino mbak tapi mbah ginem. Ya Allah. Muncul lagi secercah harapan.
Kali ini aku mengajak sepupu untuk kesana, menuju rumah yang dimaksud. Kami tanya warga yang di pinggir jalan. Alhamdulillah, memang benar ada yang namanya mbah ginem.
Sampai dirumahnya, kami disambut. Hapenya ditemukan di selatan pabrik tempat aku bekerja. MasyaAllah, masih ada orang yang jujur. Masih rezeki, hapenya balik. Alhamdulillah.
Tanpa diduga, ternyata yang menemukan hapeku udah upload di grup info cegatan jogja. Waaah, berarti beliau memang berniat mengembalikan. MasyaAllah, kereeeeeen. Salutlah. Terimakasih.