Sabtu, 28 Januari 2017

Hape hilang

Katanya setiap kejadian itu ada hikmahnya, benarkah?

Sabtu, 27 januari 2017.

Hape ku jatuh. Hilang. Aaah kok bisa ceroboh gini sih. Aku rogoh lagi, saku jaketku. Kosong. Deg. Masih kosong.

Oke, buka tas. Cek apa hape di tas. Tapi, gak mungkin. Aku ingat betul, tadi selepas beli bensin (eceran di warung) aku sempat bales beberapa chat yang ku anggap penting. Lalu, hape ku saku.

Duh dimana? Aku berada di pinggir jalan.

Ah, pasti ini juga udah ditunggu teman-teman yang lain. Langsung ke tempat kumpul atau nyari hape dulu nih?  Seharusnya jam segini udah ngumpul bareng temen2 yg akan ke kaliurang. Acara sabtu pagi sampai minggu siang. Nginep.

Aku putuskan untuk kembali ke tempat penjual bensin. Disitu pemilik bilang kalau tidak tahu ada hape yang ku maksud. Dengan berbaik hati, beliau menawarkan untuk memakai hapenya untuk "misscall" nomerku. Beberapa kali menghubungi akhirnya ada yang angkat.

Di percakapan telepon, ternyata ada yang menemukan hape ku, dan dibawa kerumahnya.Aku disuruh untuk datang kerumahnya. Dusun majegan, mbah gino.

Aku langsung kesana menuju dusun yang dimaksud. Entah secara kebetulan, aku ketemu dengan Pak Muji, Ketua BKM dimana aku sebagai anggotanya, beliau sedusun sama yang katanya menemukan hapeku.

Beliau bilang disini tidak ada yang namanya mbah gino. Duhh. Akhirnya, Pak Muji inisiatif buat misscall lagi nomerku, dua kali dihubungi nomerku sudah gak aktif. Mulai muncul pikiran negatifku. Jangan-jangan...

Beliau tanya-tanya yang lewat, karena posisi kami di jalan pinggir dusun memastikan ada tidaknya nama mbah gino. Dari beberapa orang yang ditanyai, memang tidak ada yang namanya mbah gino.

Aku pasrah. Namun, ada salah satu warga yang mengusulkan untuk lapor ke polres untuk minta dilacakkan posisi sinyal terakhir hapenya.  Katanya beliau pernah melakukan itu.

Emm, entah apakah itu memang lazim dilakukan atau tidak?

Aku pamit pulang dulu. Kalau memang perlu ke polres, mungkin ajak orang rumah aja untuk nemenin.

Perjalanan ke rumah, sampai di persawahan, aku ketemu sepupu sama suami dan anaknya yang hendak ke sawah, aku hadang dia dan menceritakan kejadian hapeku ilang.

Sebelum ke polres, kita pastikan lagi nomerku bisa dihubungi lagi atau tidak. Dan, ternyata nomerku masih aktif. Ditunggu beberapa kali, belum diangkat. Panggilan ketiga diangkat, masih dengan suara ibu-ibu yang tadi. Aku menceritakan kalau aku sudah ke majegan, tapi tidak ada yang namanya mbah gino.

Ibunya bilang, bukan mbah gino mbak tapi mbah ginem. Ya Allah. Muncul lagi secercah harapan.

Kali ini aku mengajak sepupu untuk kesana, menuju rumah yang dimaksud. Kami tanya warga yang di pinggir jalan. Alhamdulillah, memang benar ada yang namanya mbah ginem.

Sampai dirumahnya, kami disambut. Hapenya ditemukan di selatan pabrik tempat aku bekerja. MasyaAllah, masih ada orang yang jujur. Masih rezeki, hapenya balik. Alhamdulillah.

Tanpa diduga, ternyata yang menemukan hapeku udah upload di grup info cegatan jogja. Waaah, berarti beliau memang berniat mengembalikan. MasyaAllah, kereeeeeen. Salutlah. Terimakasih. 

Kamis, 19 Januari 2017

Impian

Masih ingatkah, apa impianmu?

Dulu, waktu masih SD, ingat sekali kalau aku ingin jadi guru. Lebih tepatnya guru matematika. Aku yang paling suka pelajaran berhitung. Apalagi ketika disuguhi soal cerita, seperti tertantang untuk menyelesaikannya, ada rasa puas dan senang ketika mampu menyelesaikannya. Kesenangan itu berlanjut ke SMP. Ada beberapa teman yang menjadi rekan penyuka matematika. Entah takdir membawa kemana, sampai ada satu dua teman penyuka matematika yang pada akhirnya mengambil jurusan matematika sewaktu kuliah. Ah.. Ikut senang.

Bagaimana denganku?

Saat kelas 3 SMP, masa dimana ada pilihan untuk melanjutkan ke SMA ataukah SMK. Tentu lebih memungkinkan SMA jika aku ingin mewujudkan keinginanku. Tapi, jika tak kuliah, bagaimana aku kerja jika lulusan SMA. Bukankah lebih mudah mencari kerja dengan ijazah SMK? Jika SMK jurusan apa yang cocok denganku? Trus dimana?

Akuntansi. Yah, jurusan di bidang ekonomi yang banyak hitung hitungannya, yang kata beberapa orang paling memungkinkan untukku. Dan yang lebih utama, bapak memang menyarankan ke SMK biar langsung kerja, mungkin karena mbak pun juga SMK.

Ternyata, akuntansi tak jauh beda dengan matematika. Angka-angka, permainan logika. Semakin lama, semakin aku cocok dengan akuntansi. Menjadi seorang accountant nantinya? Entah, waktu itu belum kebayang. Masih ingin jadi guru. Guru akuntansi atau dosen. Saat itu, aku senang ketika ada temanku yg bertanya, minta diajarin materi yang bagiku seperti belajar jadi guru, dan dapat tambahan ilmu ketika ngajarin, malah semakin paham.

Sempat beberapa kali ada yang minta di les in, emm belum berani atau takut terbebani ketika ada bayaran. Lebih nyaman tanpa ada ikatan seperti itu, ketika belum paham nanya aja dan gak nuntut apa-apa. Bisa begitu aja udah senang.  Itu prinsipku kala itu. Selain di sekolah, di rumah pun sering ada yang datang untuk belajar. Sekedar tanya PR atau nyiapkan ketika mau ulangan.

Akhirnya, aku mulai beranikan diri untuk mengiyakan privat les dateng kerumah anak. Satu dulu yang kuambil, walau begitu dirumah tetap terbuka untuk siapapun yang mau belajar. Inilah pembuka jalanku untuk masuk di dunia bimbel. Awalnya privat di sekitar rumah, lama-lama jangkauan jarak rumah yang ku les semakin jauh setelah aku tergabung di salah satu bimbel.

Pagi sore bimbel di kerjaan. Sepulang kerja privat ke rumah. Emm.. Aku pengen menuliskan beberapa orang dan rumahnya yang pernah ku datengi ke rumahnya, mumpung masih ingat,,hehee
1. Acha sedusun sama aku.
2. Chrussita dan Rumaysha, rumahnya di soragan godean.
3. Iyus, rumahnya di perum purwomartani kalasan.
4. Angel di karangkepuh.
5. Ryan di jl. Pakuningratan jogja.
6. Namanya lupa, rumahnya sekitar jl. Malioboro, gang masuk.
7. Wisnu dan Pungky, Turgo gede pakem.
8. Vina, jl. Kaliurang km 17.
9. Fantry, mancasan condoncatur
10. Eko , jl.wachid hasyim seturan.

Menyenangkan, aku semakin tahu daerah di sekitar jogja, terpaksa nyari lokasi rumahnya. Waktu itu belum ada google map 😆

Di  tengah kesibukanku les, ada sebersit keinginan untuk lanjut kuliah jurusan akuntansi. Iya, akhirnya aku milih kuliah di kampus yang nyediain program reguler khusus sabtu minggu. Biar bisa sambil kerja di bimbel dan masih bisa les privat.

Berjalan 3 semester, aku kembali merenung, nantinya ketika lulus aku akan jadi apa? Aku kuliah akuntansi tapi menggeluti dunia les.

Akhirnya, aku putuskan untuk nyari kerjaan yang sesuai dengan bidangku. Nyari sebagai staf accounting. Atau staf admin lah, cukup waktu itu pikirku. Alhamdulillah, dapat kerjaan di sebuah konsultan geospasial, aku sebagai staf accounting.

Di waktu ini, aku menikmati kerjaanku, kuliahku dan sesekali masih les privat. Ah, luar biasa waktu itu. Namun, baru berjalan berapa bulan.. Seniorku staf pajak resign. Sebelum dia resign, kita udah banyak cerita tentang pajak. Gimana nantinya jika jadi konsultan pajak. Hemm sepertinya menarik.

Tanpa diduga, aku malah jadi ngurusin pajak. Jadi, banyak belajar tentang pajak.

Ketika kuliah memasuki semester 7, diharuskan memilih konsentrasi. Di jurusan akuntansi ada 3 pilihan yaitu akuntansi keuangan, akuntansi syariah dan perpajakan. Konsentrasi perpajakan merupakan konsentrasi terbaru, baru ada di angkatanku. Berhubung di kerjaan sudah menggeluti pajak, akhirnya aku putuskan konsentrasi di perpajakan. Keputusan ini berdampak pada skripsi yang mengharuskan tentang perpajakan.

Pajak itu nyeremin awalnya. Seperti yang pernah aku ceritakan sebelumnya. Tapi, semakin lama, aku semakim tertarik. Hingga akhirnya pengen jadi konsultan pajak.

Nah.. Sebenarnya apasih impian?

Keinginan yang ingin diwujudkan. Impianku waktu kecil ingin jadi guru, walau bukan jadi guru formal namun terwujud dengan memberikan les dan bentuk pengajaran lain seperti tpa, outbond. Sudah memberi kebahagiaan sendiri. Impian untuk kuliah, akhirnya terwujud. Impian jadi seorang accountan pun terwujud. Impian jadi konsultan pajak, agak sulit merealisasikan karena syarat diakui sudah lulus USKP. Bentuk terwujudnya ketika ada yang nanya tentang pajak, sudah bisa menjelaskan dan setidaknya bisa memberi arahan. Ah, itu cukup . Apalagi sudah nyicipin ngurusin pajak bagi perusahaan jasa dan sekarang perusahaan manufaktur.

Dari impian-impian itulah kita mempunyai harapan. Harapan yang memacu untuk lebih baik dan menguatkan jika dalam pencapaiannya ditemukan kendala. Impian akan terus ada selama kita masih ingin memacu diri.

Lalu, saat ini berada di titik manakah kamu? Apa impianmu selanjutnya? Manakah yang akan kamu wujudkan?

Wallahu alam. Walau kadang, impian lebih ke duniawi. Ada  yang perlu diingat. Tetap jadilah bermanfaat. Khairunnas anfauhum linnas.

Senin, 16 Januari 2017

Keluarga

Kalian adalah mbak mbak dan adik adik terbaik dari seorang bapak terhebat bagi anak tengah yang manja. Terimakasih Tuhan.