Rabu, 22 Februari 2017

9.

Mungkin kau kan berpikir, seberapa kuatnya dirimu menghadapi semua ini. Tidakkah kau percaya? Tuhan tak kan menguji di luar kemampuan hambanya, bukan?

Sesekali menghela nafas tak masalah, sabarlah, kuatlah.

Aku tau, kau lebih memilih berdamai daripada gerutuan. Entah kenapa begitu? Egois? Karena kediamanmu membuat orang tak mengerti ketidakberesan yang diperbuatnya.

Bagaimana dia mau sadar?

8.

Mungkin kau kan bertanya seberapa pentingnya dirimu? Apa arti dirimu untuk mereka? Yang kau sayang, yang kau kenal atau yang sekedar bertemu.

Dengan naifnya kau berpikir, akan jadi apa mereka tanpamu? Apakah mereka akan baik baik saja? Apa yang kan kau pastikan?

Lupakah kau?

Ini bukan tentang mereka,ini tentang dirimu.

Sabtu, 18 Februari 2017

Komplain

Baru nyampe rumah dan ada yang nyari itu wis biasa, apalagi di tanggal hampir 20. Waktu bagi temen temen pemuda  nyetor uang listrik dan beberapa bapak/ibu yang belum bisa bayar di temen temen langsung bayar ke aku karena alasan tertentu.

Minggu pagi ini selepas nganter mas, ada yang nyari. Awalnya nanyain uang listriknya habis berapa. Kupikir mau bayar ditempatku, dan ku sarankan nunggu yang nugas nariki aja sekalian ada struknya karena belum disetor ditempatku.

Tapi ternyata, beliaunya udah bayar di tempat temen pemuda. Dan inti dari beliau nyari aku adalah untuk komplain.

Hemm.

Beliau cerita kalau kejujuran dari temen pemuda itu dipertanyakan. Karena uang kembaliannya belum dikembalikan sampai sekarang tanpa konfirmasi apapun. Baru kali ini beliaunya menemukan anak seperti itu.

Biasanya entah seratus duaratus rupiah tetep ada kembalian, jika gak ada kembalian anak yang lain akan konfirmasi bahwa memang gak ada uang receh. Jika diikhlaskan baru itu jadi hak milik anak tersebut.

Konteks komplain beliau bukan dari seberapa besar uang yang gak dikembalikan oleh anak tersebut, tapi cara dari anak tersebut mengambil yang bukan haknya. Takut akan jadi kebiasaan bagi si anak.

Aku ngerti.

Kamis, 16 Februari 2017

7.

Bolehlah kalian mempertanyakan atas pilihan dari orang lain?
Kenapa dan kenapa?

Entah, aku yakin, setiap tindakan ataupun keputusan pastilah sudah dipertimbangkan akan resiko resikonya, sudah tau mana yang harus dipriotitaskan dan alasan perasaan mungkin. Kecocokan itu susah ditemukan. 😄

6.

Tak dikira.. Banyak kemudahan yang didapat untuk hari ini. Awalnya ngerasa akan banyak kendala atau sudah berpikir ini pertanda apakah. Entah, terusik untuk menghubung hubungkan kejadian per kejadian.

Tapi lihatlah, setelah dilampaui ternyata jalannya malah membuatku takjub. Pengurusan surat beres tanpa meninggalkan kewajiban untuk takjizah.

Tuhan, maafkan, terkadang prasangka buruk selalu menghantui, dan menggoyahkan. Namun selalu saja, ada jalan yang Kau berikan, lagi lagi Engkau menunjukkan bahwa Engkaulah yang Maha Tahu dengan skenario yang terbaik. Terimakasih. Alhamdulillah.
16/2.

Rabu, 15 Februari 2017

5.

Kala ketakutan datang menghantui. Entah kadangkala bisa menggoyahkan rasa percaya. Mungkin itu ujian, seberapa kuatnya keyakinan kita. Tuhan, kuatkan kita.

4.

Apa ini rasanya dianterin dan dibayarin buat beli barang yang diinginkan.  Sepertinya jadi pengalaman pertama.. Spesial,untungnya udah jadi calon pendamping, dan barang itupun sebagai syarat ketika hendak meminang. Walau masih agak kaku.. Tapi, terimakasih. Semoga aku bisa menjaga semuanya, terutama komitmen kita. 15/2.

Senin, 13 Februari 2017

Bungsu

Si kecil yang masih saja ku anggap kecil, telah jadi remaja manis di saat tak muncul karakter bawel dan galaknya. Penyuka lagu koreanan hingga hafal lirik lirik dan gerakan dancenya. Dek dek.. Nurun siapa sih?

3.

Aku ini siapa? Berada di tengah-tengah mereka. Ada rasa sedikit canggung memang. Mungkin nantinya akan menjadi bagian dari mereka. Senyuman dan sambutan hangatnyalah yang menguatkan, memantapkan akan baik baik saja nantinya. Bukankah ini yang  didambakan?

Sabtu, 11 Februari 2017

2.

Masing-masing melakukan hal yang disukai. Percaya saja.

Teringat dialog antara Arini dan Bapaknya di film Surga Yang Tak dirindukan 1 (2015)

"Jadi, kamu serius dengan laki-laki asal Solo itu? Apa kamu yakin dia akan jadi imam yang baik?"

"Siapa sih yang bisa menjamin seseorang itu baik atau tidak kalau bukan kita yang mempercayainya, Pak?"

"Lalu, kamu percaya sama dia?"

"Hmm.. Atas ridho dan izin dari Bapak..

Jumat, 10 Februari 2017

1.

Duh parah kalau udah membanding-bandingkan. Bikin hati gak tenang. Merasa gak nyaman.  Sudahlah berhenti mencari tahu dan menerka nerka. Itu membuatmu tak karuan bukan? Biarlah itu menjadi urusannya?
Biarlah kamu menjadi kamu. Dia menjadi dia.

Rabu, 08 Februari 2017

Kamu

Seringkali kamu ucapkan maaf ketika sibuk kerja bahkan lembur hingga tak mampu memberinya perhatian.

Ucapkan maaf ketika merasa tak memenuhi harapannya.

Meminta maaf ketika minta bantuannya dan merasa itu membuatnya repot.

Merasa salah ketika  ada yang beda dengan sikapnya dan kamu sulit untuk mengerti.

Hingga mungkin membuatmu bertanya, sudah benarkah sikapmu? Harus seperti apa? 

Mmmm

Dia tetaplah perempuan yang suka diberi perhatian dan sanjungan, tetaplah perempuan yang ingin dimengerti, tetaplah perempuan yang ingin didahulukan.

Tapi dia memaklumi ketika kamu lebih memilih menyibukkan diri dalam pekerjaan. Dia tahu, lelakinya itu sosok yang nantinya bertanggungjawab akan keluarga. Apalagi kamu buktikan dengan rasa perhatianmu ke bapak ibumu. Cukup membuatnya terkesima.

Dia akan memaklumi, lelakinya bukan sosok yang sempurna yang  harus selalu mewujudkan semua harapannya. Dia akan melihat, seberapa berusahanya kamu melewati setiap proses untuk mencapai harapan harapan itu.

Dia pun akan memaklumi ketika kamu butuh bantuannya. Dia pun akan senang menjadi sosok perempuan yang bisa berguna untukmu.

Ah, kamu.. Tapi ingatlah, dia tetaplah perempuan.