Senin, 26 Desember 2016

Tulisan

Tulisan atas sekusut-kusutnya hari ini mungkin akan membuatmu tersenyum ketika membaca ulang, mengingatnya dan lebih lebih ketika mampu melewatinya.

#Senin,26 Desember 2016

Jumat, 23 Desember 2016

Mendaki

Teringat pengalaman mendaki sekitar 2 tahun yang lalu ke Gunung Andong Magelang yang ketinggiannya kira-kira 1726mdpl. Waktu itu sampai lokasi sekitar jam 3an, saat itu turun hujan rintik rintik. Kabut sudah mulai terlihat. Tampaknya cuaca agak tidak bersahabat bagi kami yang ingin menaklukan Gunung Andong. Saat tiba, kami putuskan untuk mampir di sebuah warung makan, mengisi tenaga sekaligus istirahat setelah perjalanan sekitar 2 jam an dari jogja. Kami berbincang tentang kemungkinan batalnya mendaki akibat cuaca. Yaaah, kecewaaa pastinya kalau gagal. Akhirnya kita putuskan untuk ke basecamp pendakian dulu, setidaknya sampai ke basecamp nya lah.

Setelah berbincang dengan pemandu (pananggung jawab basecamp). Mereka merekomendasikan aman untuk tetap mendaki dengan jas ujan karena masih gerimis. Di atas sudah ada 2 rombongan lain yang juga mendaki.

Setelah diskusi, kita memutuskan untuk tetap mendaki namun tidak dipaksakan untuk sampai di atas.. Okelah. Setidaknya kita mencoba mendaki.

Aku melihat ke atas. Masih berharap. Bisakah kami sampai ke atas sana?

Bismillah. Kita tekadkan untuk ke atas bersama-sama, tak ada yang boleh terpencar, harus saling tunggu menunggu. Rute pendakiannya menurutku mudah dilalui dengan medan yang lumayan bersahabat. Bagiku medan di Gunung Andong lebih enak dilalui dibandinglan Gunung Api Purba Nglanggeran di Jogja.

Setelah berjalan sekitar 2 jam, tak disangka kami sampai di puncak. Dan ajaibnya cuacanya terang. Pemandangannya sangat menakjubkan, terlihat sangat segar karena habis hujan.  Di puncak kita dapat melihat beberapa gunung yang berada di sekitar, seperti Gunung Merapi, Gunung Merbabu, Gunung Sumbing, Gunung Sindoro dan entah gunung apalagj, katanya ada tujuh gunung kalau gak salah.hehee

Merasa beryukur kami bisa menikmati pemandangan di puncak. Merasa sangat beruntung, harapan bisa tercapai, malah kenyataanya yang didapat melebihi ekspetasi pada awalnya. Sudah lunas terbayar segala rintangan yang sempat menghentikam langkah kami pada awalnya. Alhamdulillah.

Malam ini.. Seminggu sebelum pergantian tahun 2017. Entah apa yang akan terjadi tahun depan. Aku seolah berada di kaki gunung. Mendongak ke atas. Di puncak itulah harapan yang diinginkan untuk dicapai. Entah rute mana yang akan diambil dengan segala kemungkinan yang menghadang. Seolah ada tekad untuk mengupayakan setiap langkah pendakian untuk mencapainya. Proses itulah yang akan aku tapaki. Akankah mampu aku mengatasi setiap rintangan demi rintangan nantinya? Akankah di puncak itulah kebahagiaan itu ada? Kurasa menciptakan bahagia di setiap proseslah yang terpenting, karena kita tidak tau senang sedih dari keduanya mana yang terbaik untuk kita. Sudahlah..

Kamis, 22 Desember 2016

Fighting

Maaf..

Jika tak ada secoret namamu di setiap tulisanku
Tak ada cerita yang menceritakan kisahmu
Tak pernah mengupload gambaran dirimu

Walau..

Seringkali sangat ingin memberitau dunia tentangmu
Betapa sangat bangganya telah mengenalmu
Betapa bahagianya telah menemukanmu
Bahkan ingin mengakui kau milikku

Tapi..

Tunggulah sampai hari itu tiba
Saat kita dipersatukan dalam ikatan pasti
Maka, mari semangat mengupayakan
Apa yang menjadi impian kita.. Fighting!!! 💐💐

Senin, 19 Desember 2016

Momen di Pulesari

Kali kedua aku menginjakkan kaki disini, sebuah desa wisata di Turi yang menyediakan paket outbound. Pertama kenal saat ada outbound TABO (Tanggap Bocah) seKecamatan Sleman. Nah, yang sekarang bersama adik adik (anak asuh) Rumah Zakat. 

Aku yang mengusulkan tempat ini, pilihan yang memungkinkan dari beberapa pilihan tempat outbound yang lain. Dari sisi permainan yang ditawarkan yaitu permainan dengan susur sungai yang pastinya menarik bagi anak-anak. Dari sisi lokasi yang mudah dijangkau dan dari sisi biaya yang terjangkau.

Hal yang menarik dari desa  ini adalah dari segi pengelolaan mandiri warga desa menurutku. Sepertinya memang dikelola warga sekitar. Waaaah.. Betapa kerennya kalau memang iya. Ini yang menjadi impian sebagian orang di desaku yang ingin menjadikan desa wisata. Bagaimana tidak, pergerakan roda ekonomi yang merakyat dan menguntungkan semua warga desa. Lihat saja, dengan sekali outbound berapa banyak orang yang merasakan manfaatnya?
1. Trainer outbound mendapatkan penghasilan
2. Rumah yang digunakan untuk transit mendapat prosentase penghasilan
3. Ibu ibu mendapat penghasilan dari hasil menyediakan snack dan makan
4. Dibukanya warung-warung seadanya di depan rumah warga menambah pendapatan warga
5. Karang taruna dan lembaga dusun pastilah terjamin untuk kas masuknya

Dan mungkin masih banyak lagi. Itu baru dari segi ekonomi. Belum dampak sosialnya. Warga desa menjadi punya nilai lebih. Bagaimana mereka terus mengembangkan ketrampilan baik di bidang trainer outbound, pelayanan kepada tamu, pengembangan karakter. 

Ah, rasa rasanya menjadi sangat iri dengan dewi pule ini. 

Tapi aku akan lupakan rasa iri itu dengan bersenang-senang memanfaatkan waktu bersama kedua puluh enam adik adik sajalah. Sebenarnya aku baru mengenal mereka sekitar bulan oktober, aku diajak Pak harjuna untuk membantu mendampingi mereka bersama mb septi.
Pendampingan sendiri biasanya dilakukan di masjid setiap dua minggu sekali dengan pembinaan materi dan pemantaun dari segi ibadahnya meliputi mutabaah shalat, hafalan doa dan hafalan surat serta pemantauan pendidikan formalnya dengan melihat hasil prestasi nilai raport ataupun prestasi non akademik.  Untuk menyeimbangkan pendampingan, dipilihkan outbound untuk merefresh mereka, eh termasuk pendampingnya juga..heheee

Sudahlah cukup ceritanya..  Disini aku ingin mengabadikan  momen kebersamaan bersama mereka, para adik Rumah Zakat di desa yang aku iri-in ini. (tetep iri) 




Minggu, 18 Desember 2016

Blog

Aku mulai mengenal mengenai blog sewaktu smk (mungkin). Waktu itu guru tinkom (Teknologi informasi dan komunikasi) yang memberi arahan muridnya untuk membuat blog, minimal satu artikel yang ditulis di blog yang kemudian masing masing siswa menyerahkan alamat blognya untuk di nilai.

Waktu itu mungkin gak akan kepikiran kalau pada akhirnya aku kembali tertarik untuk membuat akun blog. Ketertarikanku kembali muncul ketika ada teman kerja yang aktif ngeblog dan menuangkan ide-ide nya di blog pribadinya. Entah dia curhat mengenai kesehariannya ataupun share ilmu sesuai profesinya.

Sepertinya menyenangkan, lebih menyenangkan bisa menulis apapun di blog ini daripada menulis status di media sosial.

Blog ini ku buat dengan tujuan bisa mengingatkan kembali apa yang pernah kualami dan untuk melampiaskan waktu senggangku dengan menulis disini.

Awalnya aku berniat untuk menulis hal hal mengenai akuntansi. Aku tuliskan materi kuliah yang aku dapat, keuntungannya ya bisa sambil belajar dan mengingat apa yang kita pelajari.

Seiring berjalannya waktu, aku mulai menuliskan tentang keseharianku. Tentang apa yang aku rasakan, kegiatan yang aku ikuti, dan hal hal yang aku sukai.

Blog ini bisa dibaca siapa saja, entah yang aku kenal maupun yang tidak dikenal secara langsung.

Pernah sekali aku pasang alamat blog ini di facebook, entah takdir atau apa, ada yang tertarik membuka blog ku. Disinilah dia mulai mengenalku, lebih mengenalku dibanding apa yang aku tulis dan share di media sosial facebook.

Aku pun juga. Aku menjadi salah satu langgangan pembaca setia setiap postingannya di blog pribadinya.

Melalui blog, kami seperti saling menggali informasi. Lewat tulisan-tulisan sederhana ini, kita jadi tau karakternya, bagaimana dia menyikapi setiap proses hidupnya, arahan hidupnya, visi misinya, dan kesukaanya.

Terimakasih telah menyempatkan waktumu untuk menulis blog, terimakasih telah membaca blogku. Terimakasih telah mau maunya mengenalku, walau kamu tau aku suka drama korea namun tenang kisahku tak seperti kisah drama.hehee..

Menikmati antrian

Bagi kalian yang berkecimpung di dunia pajak. Pastilah sudah biasa dengan rutinitas lapor melapor spt masa maupun tahunan di kantor pelayanan pajak setempat. Sudah biasa juga ketika mendapat nomer antrian yang lumayan lama, dan akan mulai hafal di tanggal berapa antrian itu akan menjadi sangat lama, tentunya di tanggal-tanggal akhir pelaporan. Untuk PPh 21 misalnya, batas waktu pelaporan di tanggal 20, maka akan rame di tanggal sekitar tanggal 19 dan 20. Sebenarnya aku pun menghindari pelaporan di tanggal tsb, di tanggal 19 seperti sekarang, tapi apa daya, kebijakan pengajuan pembayaran dan pelaporan yang agak sedikit rumit alur dokumen di perusahaan sekarang lumayan memakan waktu. Akhir-akhirnya siap lapor di tanggal yang hampir mepet.

Tapi sudahlah, aku akan menikmatinya. Kau tau kenapa? Mungkin saat saat inilah yang akan kau rindukan nantinya. Saat posisi ini tak lagi untukmu. Saat ada kewajiban lain yang lebih kau utamakan. Saat ada hal yang kau prioritaskan dibanding kerjaan. Mari menikmati antrian ini. 😀