Kamis, 12 Mei 2016

Aku suka, Hujan..

Tentang Persahabatan, Tentang Cinta, Tentang Melupakan, Tentang Perpisahan
Tentang Hujan 
Hujan. Ketika novel ini sudah ada di genggaman, tak sabar untuk segera membaca dan menamatkannya. Entah, ekspektasi begitu luar biasa akan novel ini, mungkin terpengaruh dengan novel  lain karangan Tere liye yang sudah lebih dulu ku baca seperti "Rindu" dan "Bumi" dan respon pembaca lain yang udah lebih dulu membaca kemudian merekomendasikan untuk dibaca. Itu membuatku semakin penasaran. 
"Lail selalu suka hujan, sejak kecil. Tapi hujan kali ini sangat menyakitkan." (Hujan, hlm 30)
Dalam novel ini diceritakan  tokoh Lail yang tumbuh besar di pengungsian bersama Esok, seorang anak laki-laki bernama asli Soke Bahtera dan menjalin persahabatan dengan Maryam, teman sekamar di asrama yang berambut kribo. Ada juga Ibu Suri penjaga asrama yang tegas. Pak Walikota yang mengangkat Esok menjadi anaknya. Dan Elijah seorang paramedis senior.

Diceritakan berbagai kejadian atau peristiwa alam yang bisa mempengaruhi kehidupan dari para tokoh. Tentang bagaimana mereka menghadapinya. Dimomen-momen ini pembaca seakan ikut merasakan bagaimana sulit dan berat masalah yang ada, diselipi rasa rindu yang berbalut cemburu, yang bisa menggoyakan keyakinan terhadap diri sendiri dan bahkan yang dicintainya. Bagaimana Lail ingin mencoba melupakan semuanya, kenangan yang indah tapi kenapa terasa sesak? Apa yang salah dengannya? 
"Ada orang-orang yang kemungkinan sebaiknya cukup menetap dalam hati kita saja, tapi tidak bisa tinggal dalam hidup kita. Maka, biarlah begitu adanya, biar menetap di hati, diterima dengan lapang. Toh dunia ini selalu ada misteri yang tidak bisa dijelaskan. Menerimanya dengan baik justru membawa kedamaian." (Hujan, hlm 255)
"Bagian terbaik dari jatuh cinta adalah perasaan itu sendiri. Kamu pernah merasakan rasa sukanya, sesuatu yang sulit dilukiskan kuas sang pelukis, sulit disulam menjadi puisi oleh pujangga, tidak bisa dijelaskan oleh mesin paling canggih sekalipun Bagian terbaik dari jatuh cinta bukan tentang memiliki. Jadi, kenapa kamu sakit hati setelahnya? Kecewa? Marah? Benci? Cemburu? Jangan-jangan karena kamu tidak pernah paham betapa indahnya jatuh cinta."(Hujan, hlm 256)
Di novel ini juga kita diajak berimajinasi tentang kecanggihan teknologi yang (mungkin) akan ada di masa depan. Tere liye seperti sudah menduga ke depannya akan ada teknologi yang hebat yang diciptakan manusia dengan mengandalkan kecerdasan intelektualnya untuk bisa menyelesaikan setiap permasalahannya. Manusia selalu yakin itu. Walau terkadang kemajuan sebuah teknologi bisa membawa kehancuran untuk umat manusia itu sendiri. 

Selalu ada quote yang bertebaran, quote yang membuat pembaca bisa mengambil hikmah di setiap ulasannya.  Ini tentang bagaimana cara dirimu, agar tetap bisa menerima setiap hal yang menyakitkan untuk dikenang dengan senyuman.
"Bukan seberapa lama umat manusia bisa bertahan hidup sebagai ukuran kebahagiaan, tapi seberapa besar kemampuan mereka memeluk erat-erat semua hal menyakitkan yang mereka alami. 
Bukan melupakan yang jadi masalahnya. Tapi menerima. Barangsiapa yang bisa menerima, maka dia akan bisa melupakan, hidup bahagia. Tapi Jika dia tidak bisa menerima, dia tidak akan pernah bisa melupakan." (Hujan, hlm 317-318) 
Penasaranku terbayarkan ketika aku telah menamatkan isinya. Akhir yang diharapkan olehku, tapi tak disangka cara penyampaian dan ceritanya akan seperti itu. Good job, Tere Liye. Aku suka, Hujan :)


0 komentar:

Posting Komentar