Rabu, 13 November 2013

Penentuan Harga Pokok Berdasarkan Aktivitas
 (Activity Based Costing)

Pendahuluan 
Dalam sistem biaya tradisional ada dua sistem yaitu job order costing dan process costing. Dimana dalam kedua sistem tersebut gagal menentukan biaya produk secara akurat. Pembebanan biaya overhead secara individual menimbulkan masalah, yang dalam sistem tradisional pembebanannya dengan menggunakan metode berdasar unit (unit based) dapat menghasilkan informasi biaya yang terdistorsi.


Penentuan harga pokok secara konvensional untuk produk tunggal
Ketepatan pembebanan biaya overhead berdasarkan unit menjadi masalah hanya jika berbagai jenis produk diproduksi dengan menggunakan 1 fasilitas. Jika hanya 1 produk yang diproduksi, seluruh biaya overhead yang terjadi disebabkan karena produk tersebut dapat dilacak  pada produk itu sendiri.


Contoh perhitungan biaya satuan : produk tunggal




Biaya  Produksi
Unit Produksi
Biaya/ Unit
Biaya bahan baku
Rp   600.000
10.000
  Rp 60
Biaya tenaga kerja langsung
        100.000
10.000
        10
Biaya Overhead
        300.000
10.000
        30
Total
     1.000.000
10.000
       100


Pembebanan produk ganda dengan cost drivers berdasar unit
Masalah yang timbul : bagaimana mengidentifikasi jumlah overhead yang ditimbulkan atau dikonsumsi oleh masing-masing jenis produk.
Masalah ini dapat diselesaikan dengan mencari cost dribers atau driver biaya.
Cost driver adalah faktor-faktor penyebab yang menjelaskan konsumsi overhead dalam penentuan Harga pokok konvensional
diasumsikan konsumsi overhead berhubungan erat dengan jumlah unit yang diproduksi yang diukur dalam jam kerja langsung, jam mesin atau jumlah harga bahan. Cost driver berdasarkan unit dibebankan pada produk melalui penggunaan tariff overhead tunggal untuk seluruh pabrik atau tariff overhead tunggal untuk seluruh pabrik atau tariff overhead tiap departemen.
Pemakaian cost driver berdasarkan unit ini mempunyai keterbatasan karena mengakibatkan informasi biaya terdistorsi.

Contoh PT Kertas memproduksi 2 macam produk
  1. kertas pembungkus warna putih
  2. kertas pembungkus warna biru   





Kertas
Pembungkus


Putih
Biru
total
Produksi / tahun
20.000 unit
100.000 unit
120.000
Biaya utama
Rp 100.000
Rp 500.000
Rp 600.000
Jam kerja langsung
20.000 jam
100.000 jam
120.000 jam
Jam mesin
10.000 jam
50.000 jam
60.000 jam
Produksi berjalan
20 unit
30 unit
50unit
Jam inspeksi
800 jam
1.200 jam
2.000jam

Data
Departemen


Dept 1
Dept 2
Total
Jam kerja langsung



Putih
4.000jam
16.000jam
20.000jam
Biru
76.000jam
24.000jam
100.000jam
Total
80.000jam
40.000jam
120.000jam
Jam mesin



Putih
4.000jam
6.000jam
10.000jam
Biru
16.000jam
34.000jam
50.000jam

20.000jam
40.000jam
60.000jam
BO



Biaya penyetelan
88.000
88.000
176.000
Biaya inspeksi
74.000
74.000
148.000
Biaya listrik
28.000
140.000
168.000
Biaya kesejahteraan
104.000
52.000
156.000

294.000
354.000
648.000



Tarif overhead tunggal untuk satu pabrik

Jika cost driver tunggal yang dipilih adalah jam mesin, maka tariff overhead pabrik untuk tiap jam mesin adalah total BOP dibagi dengan jam mesin.



Rp  648.000

    60.000jam

= Rp 10.8 / jam



Perhitungan biaya per unit : tariff tunggal satu pabrik




Kertas
Pembungkus putih

Elemen biaya
Biaya total
Jumlah
Biaya/unit
Biaya utama
Rp 100.000
20.000unit
Rp      5
BOP



Rp 10.8 x10.000 jm
Rp 108.000
20.000unit
Rp   5.4
Jumlah
Rp 208.000

Rp 10.4

Kertas
Pembungkus biru

Elemen biaya
Biaya total
Jumlah
Biaya/unit
Biaya utama
Rp    500.000
100.000uit
Rp      5
BOP



Rp 10.8 x50.000 jm
Rp    540.000
100.000unit
Rp   5.4
Jumlah
Rp 1.040.000

Rp 10.4



Tarif overhead setiap departemen

Dengan menggunakan tariff departemen setiap departemen dapat dibebankan biaya produksi yang lebih akurat. Sesuai sifat departemen tersebut departemen 1 lebih baik jika menggunakan jam kerja langsung ( JKL) dan departemen 2 menggunakan jam mesin ( JM

Perhitungan tariff tiap departemen:



Tariff departemen 1 :

   Rp 294.000/80.000 jkl

         = Rp 3675/ jkl



tariff departemen 2

   Rp 354.000/40.000 jkl

        = Rp 8.85/jkl




Kertas
Pembungkus putih

Elemen biaya
Biaya total
Jumlah
Biaya/unit
Biaya utama
100.000
20.000
5
Dept 1



Rp 3675 x4.000
14.700
20.000
0.735
Dept 2



Rp 8.85 x 6.000
53.100
20.000
2.655
Jumlah
167.800

8.390

Kertas
Pembungkus biru

Elemen biaya
Biaya total
Jumlah
Biaya/unit
Biaya utama
500.000
100.000unit
5
Dept 1



Rp 3.675 x  76.000
279.300
100.000unit
2.793
Dept 2



Rp 8.85 x 34.000
300.900
100.000unit
3.009

1.080.200

10.802
Jumlah
Rp 1.040.000

Rp 10.4



Pengujian data dalam peraga 5.3 menyarankan bahwa bagian biaya overhead yang signifikan tidak dipengaruhi oleh banyaknya unit.

Contoh :

§   Biaya penyetelan (setup) : berhubungan dengan jumlah produksi berjalan

§   Biaya inspeksi berhubungan dengan banyaknya jumlah jam yang dipakai dalam inspeksi

§   Perlu diketahui :

§   kertas warna biru : 30/20 = 1,5 kali produksi berjalan dibandingkan yang putih.

§   Kertas warna biru : 1,5 kali ( 1200/800) jam inspeksi

Dengan tariff tiap departemen :

Kertas biru mengkonsumsi 19 kali lipat jumlah jam tenaga kerja langsung ( 76.000/4000) dari putih dan 5,67 kali lipat jam mesin ( 34.000/6000)











Kegagalan cost driver berdasarkan unit

Ada 2 faktor utama menyebabkan cost driver berdasarkan unit tidak mampu membebankan BOP secara tepat.

1.      proposi biaya overhead yang tidak berhubungan dengan unit terhadap total biaya overhead

2.      tingkat diversitas produk



BOP tdk berhubungan dengan unit

o   Pada contoh sebelumnya ada 4 aktivitas overhead yaitu : inspeksi, setup, kesejahteraan, tenaga listrik.

o   Biaya setup misalnya, adalah fungsi dari jumlah produksi berjalan ( production run). Produksi berjalan merupakan cost driver yang tidak berdasarkan unit

o   Cost drivers tidak berdasarkan unit ( non unit based cost drives) adalah faktor-faktor penyebab selain jumlah unit yang diproduksi yang menjelaskan konsumsi biaya overhead.

o   Penggunaan cost driver yang berdasarkan unit saja untuk membebankan biaya overhead yang tidak berhubungan dengan unit dapat menimbulkan distorsi pada biaya produk.

o   Intensitas distorsi tergantung dari berapa proporsi dari biaya yang tidak berdasarkan unit terhadap total biaya overhead.



Dalam contoh :



Biaya setup dan inspeksi menunjukkan bagian substantial yaitu sebesar 50 % dari total biaya overhead pabrik yaitu:

(176.000 + 148.000) / 648.000 = 324.000

324.000/648.000=50% ( peraga 5.3)



jika biaya overhead yang tidak berdasarkan unit hanya merupakan prosentase yang kecil dari total biaya overhead, distorsi pada biaya produk juga akan kecil.



Diversitas produk

Terjadi jika dalam suatu perusahaan menghasilkan berbagai jenis produk yang mengkonsumsi aktivitas overhead dalam proporsi yang berbeda-beda. Ada beberapa alasan suatu produk mengkonsumsi overhead dalam proporsi yang berbeda : berbeda ukuran, kerumitan produk, waktu setup, ukuran batch

Untuk menggambarkan pemakaian aktivitas oleh setiap jenis produk digunakan ratio konsumsi. Ratio konsumsi adalah proporsi dari setiap aktivitas yang dikonsumsi oleh suatu produk.

Karena biaya overhead yang tidak berdasarkan unit merupakan proporsi yang signifikan dari total biaya overhead dan ratio konsumsi berbeda antara kategori masukan dengan dasar unit dan masukan dengan dasar non unit, maka biaya produk dapat terdistorsi jika cost driver yang digunakan hanya berdasarkan unit. Pemecahan dari masalah penentuan harga pokok ini adalah dengan menggunakan pendekatan penentuan harga pokok berdasarkan aktivitas.





Peraga 5.6

Diversitas produk : proporsi konsumsi

Aktivitas overhead
Pembungkus putih
Pembungkus biru
Ukuran konsumsi
Setup
0.4 ( a)
0.6
Produksi berjalan
Inspeksi
0.4( b)
0.6
Jam inspeksi
Listrik
0.17 (c)
0.83
Jam mesin
Kesejahteraan
0.17 (d)
0.83
Jam kerja langsung

Putih : 20/50 =0.4 dan biru 30/50=0.6

Putih : 800/2.000=0.4 dan biru 1.200/2.000=0.6

Putih : 1.000/60.000=0.17dan biru 50.000/60.000=0.83

Putih : 20.000/120.000 = 0.17 dan biru 100.000/120.000=0.83



Penentuan harga pokok berdasar aktivitas

Adalah system yang terdiri atas dua tahap yaitu pertama melacak biaya pada berbagai aktivitas, dan kemudian ke berbagai produk. Penentuan harga pokok produk secara konvensional juga melibatkan dua tahap, namun pada tahap pertama, biaya- biaya tidak dilacak ke aktivitas melainkan ke suatu unit organisasi misalnya pabrik atau departemen-departemen. Baik pada system konvensional maupun system ABC, tahap ke dua meliputi pelacakan biaya ke berbagai produk. Perbedaan prinsip perhitungan diantara kedua metode tersebut adalah jumlah cost driver yang digunakan. Sistem penentuan harga pokok secara ABC menggunakan cost driver dalam jumlah yang jauh lebih banyak dibandingkan  dengan dalam system konvensional yang hanya menggunakan satu atau dua cost driver berdasarkan unit. Sebagai hasilnya, metode ini meningkatkan ketelitian. Namun ditinjau dari sudut manajerial, bagaimanapun juga sisten ABC menawarkan lebih dari hanya ketelitian informasi tentang biaya dari berbagai aktivitas.Pengetahuan atas biaya dari berbagai aktivitas tersebut memungkinkan para manajer untuk menfokuskan diri pada aktivitas-aktivitas yang memberikan peluang untuk melakukan penghematan biaya dengan cara: menyederhanakan aktivitas, melaksanakan aktivitas dengan lebih efisien, meniadakan aktivitas yg tak bernilai tambah, dsb.



Tahap-tahap dari penentuan harga pokok produk:



Prosedur tahap pertama

Meliputi empat langkah:



A.  Penggolongan biaya

Berbagai aktivitas diklasifikasikan ke dalam beberapa kelompok yang mempunyai suatu interpretasi fisik yang mudah dan jelas serta cocok dengan segmen-segmen proses produksi yang dapat dikelola

B.   Mengasosiasi berbagai biaya dengan berbagai aktivitas

Menghubungkan berbagai biaya dengan setiap kelompok-kelompok biaya yang homogen ditentukan

C.     Penentuan kelompok-kelompok biaya ( cost pools) yang homogen.

 Kelompok biaya homogen ( homogenius cost pool) : adalah sekumpulan biaya overhead yang terhubungkan secara logis dengan tugas-tugas yang dilaksanakan dan berbagai macam biaya tersebut dapat diterangkan oleh cost driver tunggal. Jadi agar dapat dimasukkan ke dalam suatu kelompok biaya yang homogen, aktivitas-aktivitas overhead harus dihubungkan secara logis dan mempunyai rasio konsumsi yang sama untuk semua produk. Rasio konsumsi yang sama menunjukkan eksistensi dari sebuah cost driver.

D.    Penentuan tariff kelompok ( pool rate )

Tarif kelompok ( pool rate) adalah tariff biaya overhead per unit cost driver yang dihitung dengan rumus total biaya overhead untuk kelompok aktivitas tertentu dibagi dasar pengukur aktivitas kelompok tersebut.



Peraga 5.7

Prosedur tahap pertama : Activity based costing



Kelompok 1
o   Biaya penyetelan
o   Biaya inspeksi

176.000
148.000
Biaya total kelompok 1
324.000
Produksi berjalan ( production run)
50
Tariff kelompok 1 ( biaya per produksi berjalan
Rp 6.480


Kelompok 2
o   Biaya listrik
o   Kesejahteraan karyawan



168.000
156.000
Biaya total kelompok 2
324.000
Jam mesin
60.000
Tariff kelompok 2 ( biaya per jam mesin)
Rp 5,4





Prosedur tahap ke dua

Biaya untuk setiap kelompok biaya overhead dilacak ke berbagai jenis produk. Hal ini dilaksanakan dengan menggunakan tariff kelompok yang dikonsumsi oleh setiap produk. Ukuran ini merupakan penyederhanaan kuantitas cost driver yang digunakan oleh setiap produk. Jadi overheas ditentukan dari setiap kelompok biaya ke setiap produk dengan perhitungan sebagai berikut:



Overhead yang dibebankan = tariff kelompok x unit-unit cost driver yang digunakan



Peraga 5.8

Biaya per unit : Activity based costing




Pembungkus
Putih


Total biaya
Kuantitas
Per unit
Biaya utama
100.000
20.000
Rp 5
Overhead
Kelompok 1 = Rp 6.480 x 20 PB
Kelompok 2 = Rp 5,4 x 10.000 jm

129.600
54.000

20.000
20.000

Rp 6,48
 RP 2,70
Jumlah overhead
183.600
20.000
 Rp 9,18
Jumlah biaya
283.600
20.000
Rp 14,18

Pembungkus
Biru


Total biaya
Kuantitas
 Per unit
Biaya utama
Rp 500.000
100.000
Rp 5
Overhead :
Kelompok 1 = Rp 6.480 x 30 PB
Kelompok 2 = Rp 5,4 x 50.000 JM

194.400
270.000

100.000
100.000

1,94
2,70
Jumlah overhead
464.400
100.000
Rp 4.64
Jumlah biaya
Rp 964.400
100.000
Rp 9.64





Perbandingan biaya-biaya produk



Peraga 5.9

Perbandingan biaya per unit



System biaya
Pembungkus putih
Pembungkus biru
Sumber
Konvensional
Tariff tunggal satu pabrik
Tariff setiap departemen

Rp 10.40
Rp 8.39


Rp 10.40
Rp 10.80

Peraga 5.4
Peraga 5.5
Berdasarkan aktivitas
Rp 14.18
Rp 9.64
Peraga 5.8









Identifikasi aktivitas dan klasifikasi

a.    Aktivitas- aktivitas berlevel unit

o   Aktivitas ber level unit ( unit level activities) adalah aktivitas yang dikerjakan setiap kali satu unit produk di produksi. Sebagai contoh tenaga kerja langsung, jam mesin, jam listrik ( energi ) digunakan setiap saat satu unit produk dihasilkan.

o   Bahan baku dan tenaga kerja langsung juga dikelompokkan sebagai aktivitas berlevel unit, namun tidak termasuk ke dalam overhead . biaya yang timbul karena aktivitas berlevel unit dinamakan biaya aktivitas berlevel unit .Biaya aktivitas berlevel unit ( unti level activities cost) adlah biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh jumlah unit produk yang diproduksi.

o   Contoh : biaya listrik, biaya operasi mesin., biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung ( tetapi biaya bahan baku dan tenaga kerja langsung tidak termasuk overhead)



b. Aktivitas berlevel batch

o   Aktivitas berlevel batch ( batch level activities) adalah aktivitas yang dikerjakan setiap kali suatu batch produk di produksi, besar kecilnya aktivitas ini dipengaruhi oleh jumlah batch produk yang diproduksi. Contoh aktivitas yang termasuk dalam kelompok ini adalah aktivitas setup, aktivitas penjadwalan produksi, aktivitas pengelolaan bahan ( gerakan bahan dan order pembelian), aktivitas inspeksi. Biaya yang timbul karena aktivitas berlevel batch dinamakan biaya aktivitas berlevel bacth.

o   Biaya aktivitas berlevel batch ( batch level activities cost) adalah biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh jumlah batch produk yang diproduksi. Biaya ini bervariasi dengan jumlah batch produk yang diproduksi, namun bersifat tetap jika dihubungkan dengan jumlah unit produk yang diproduksi, namun bersifat tetap jika dihubungkan dengan jumlah unit produk yang diproduksi dalam setiap batch.

o   Contoh: biaya aktivitas setup, biaya penjadwalan produksi, biaya pengelolaan bahan ( gerakan bahan dan order pembelian), dan biaya inspeksi.



c. Aktivitas berlevel produk

o   aktivitas berlevel produk ( produk level activities) atau aktivitas penopang produk ( produk sustaining activities ) adalah aktivitas yang dikerjakan untuk mendukung berbagai produk yang diproduksi oleh perusahaan.  Aktivitas ini mengkonsumsi masukan untuk mengembangkan produk atau memungkinkan produk diproduksi dan dijual. Aktivitas ini dapat dilacak pada produk secara individual, namun sumber-sumber yang dikonsumsi oleh aktivitas tersebut tidak dipengaruhi oleh jumlah produk atau batch produk yang diproduksi.

o   Contoh aktivitas yang termasuk dalam kelompok ini adalah aktivitas penelitian dan pengembangan produk, perekayasaan, dan peningkatan produk. Biaya yang timbul karena aktivitas berlevel produk dinamakan biaya aktivitas berlevel produk. Biaya aktivitas berlevel produk ( product level activities cost ) atau biaya aktivitas penopangan produk ( produk sustaining activities cost) adalah biaya atas aktivitas yang dikerjakan untuk mendukung berbagai produk yang diproduksi oleh perusahaan. Biaya ini timbul karena aktivitas tersebut mengkonsumsi masukan untuk mengembangkan produk atau memungkinkan produk diproduksi dan dijual. Biaya ini dapat dilacak pada produk secara individual, namun biaya ini tidak dipengaruhi oleh jumlah produk atau bacth produk yang diproduksi 

o   Contoh biaya yang termasuk dalam kelompok ini adalah biaya penelitian dan pengembangan produk, biaya perekayasaan proses, biaya spesifikasi produk, biaya perubahan perekayasaan, dan biaya peningkatan produk.



d. Biaya berlevel fasilitas

o   Aktivitas berlevel fasilitas ( facility level activities) atau aktivitas penopang fasilitas ( facility-sustaining activities) adalah meliputi aktivitas untuk menopang proses pemanufakturan secara umum yang diperlukan untuk menyediakan fasilitas atau kapasitas pabrik untuk memproduksi produk namun banyak sedikitnya aktivitas ini tidak berhubungan dengan volume atau bauran produk yang diproduksi. Aktivitas ini dimanfaatkan secara bersama oleh berbagai jenis produk yang berbeda. Contoh aktivitas ini mencakup misalnya : manajemen pabrik, pemeliharaan bangunan, keamanan, pertamanan ( landscaping), penerangan pabrik, kebersihan, pajak bumi dan bangunan ( PBB), serta depresiasi pabrik. Aktivitas manajemen pabrik bersifat administrative misalnya aktivitas pengelolaan pabrik, karyawan, dan akuntansi untuk pabrik.

o   Biaya aktivitas berlevel fasilitas ( facility-level activities cost) atau biaya aktivitas penopang fasilitas ( produk sustaining facilities cost adalah meliputi biaya aktivitas untuk menopang proses pemanufakturan secara umum yang diperlukan untuk menyediakan fasilitas atau kapasitas pabrik untuk memproduksi produk namun banyak sedikitnya biaya ini tidak berhubungan dengan volume atau bauran produk yang diproduksi. Biaya ini merupakan biaya bersama bagi berbagai  jenis produk yang berbeda.

o   Contoh biaya aktivitas ini mencakup : biaya manajemen pabrik, biaya pemeliharaan bangunan, biaya keamanan, baiay pertamanan ( landscaping), biaya penerangan pabrik, kebersihan, biaya pajak bumi dan bangunan ( PBB), biaya depresiasi pabrik.



PERBANDINGAN ABC DENGAN KONVENSIONAL COST



Konvensional
ABC
Overhead hanya disebabkan oleh cost drivers berdasarkan unit, maka penggolongannya hanya biaya variable dan biaya tetap. Biaya variable jumlah total bervariasi berdasarkan produk.
Sistem ABC memandang bahwa biaya overhead variable dapat dilacak dengan tepat pada berbagai produk secara individual.


Pemilihan cost driver

Paling tidak ada dua factor utama yang harus diperhatikan dalam pemilihan cost driver ( penyebab biaya) yaitu: a. biaya pengukuran dan b. tingkat korelasi antara cost driver dengan konsumsi overhead sesungguhnya.



Dalam system ABC, sejumlah besar cost driver dapat dipilih dan digunakan. Jika memungkinkan, adalah sangat penting untuk memilih cost driver yang menggunakan informasi yang siap tersedia. Informasi yang tidak tersedia pada system yang ada sebelumnya berarti harus dihasilkan, dan akibatnya akan meningkatkan biaya system informasi perusahaan. Kelompok biaya ( cost pool) yang homogen dapat menawarkan sejumlah kemungkinan cost driver. Untuk keadaan ini, cost driver yang dapat digunakan pada system informasi yang ada sebelumnya hendaknya dipilih. Pemilihan ini akan meminimumkan biaya pengukuran. Misalnya pada contoh PT kertajaya biaya inspeksi dan biaya setup ditempatkan  pada kelompok biaya yang sama, dan dapat memilih menggunakan jam inspeksi atau jumlah produksi berjalan sebagai cost driver. Jika informasi mengenai jam inspeksi dan produksi berjalan yang digunakan untuk kedua jenis produk yang dihasilkan perusahaan sudah tersedia dari system yang ada sebelumnya, maka cost driver mana yang dipilih dari antara keduanya tidak jadi masalah. Namun jika dianggap bahwa jam inspeksi untuk setiap jenis produk tidak dapat dilacak, dan data produksi berjalan untuk kedua jenis produk tersedia, maka produksi berjalan yang digunakan sbg cost driver.



PENGUKURAN TIDAK LANGSUNG DAN TINGKAT KORELASI

Sejumlah cost driver yang potensial disajikan dalam peraga 5.13 cost driver yang secara tidak langsung mengukur konsumsi suatu aktivitas biasanya mengukur jumlah transaksi yang dihubungkan dengan aktivitas tersebut. Ingat bahwa dimungkinkan untuk menggantikan suatu cost driver yang secara langsung mengukur konsumsi dengan cost driver yang secara tidak langsung mengukurnya tanpa kehilangan akurasi, dengan syarat bahwa kuantitas dari aktivitas yang digunakan setiap transaksi kira-kira sama untuk setiap produk. Dalam kasus ini indirect cost driver yang mempunyai korelasi tinggi dan dapat digunakan.




Cost driver potensial



Jumlah setup
Jumlah jam tenaga kerja langsung
Jumlah perpindahan bahan
Jumlah pemasok
Jumlah unit yang dikerjakan kembali
Jumlah subperakitan
Jumlah order yang ditempatkan
Jumlah transaksi tenaga kerja
Jumlah order yang diterima
Jumlah unit sisa
Jumlah inspeksi
Jumlah komponen
Jumlah perubahan jadwal
Jumlah jam mesin





Pustaka :

Supriyono, Akuntansi Biaya dan Akuntansi Manajemen untuk Teknologi Maju dan Globalisasi, BPFE, 1994


 

0 komentar:

Posting Komentar