Mudik lebaran taun lalu, 3 juli 2016, adalah momen pertama kalinya aku bertatap muka, bertemu secara langsung dengannya.
Lalu, pertemuan pertemuan itu berlanjut ketika, dia pulang ke jogja dari bekasi, tempatnya bekerja.
Pertemuan itu di September saat libur Idul Adha, di Oktober saat libur tahun baru hijriyah hingga memutuskan menerima lamarannya di 11 Desember saat momen Maulid Nabi Muhammad.
Di sela sela pertemuan dengannya, aku lebih sering bertemu kedua orangtuanya yang tinggal di Pakem, sekitar 8km dari rumahku. Apalagi setelah adanya kesepakatan menikah di 26 Maret 2017.
Kesepakatan itu di dapat saat dia pulang libur tahun baru masehi, 1 januari 2017. Inisiatifnya mengumpulkan keluargaku dan keluarganya untuk membahas keberlanjutan setelah lamaran, karena ketika lamaran belum ada keputusan dari keluargaku atas tawaran keluarganya untuk melangsungkan pernikahan di bulan Maret 2017. Jujur, di pihak keluargaku belum ada kesiapan.
Namun, konsep pernikahan yang dia tawarkan, sangat diterima baik oleh bapak.. Sesederhana mungkin.
Hingga, tepat di tanggal 26 maret, sebelas hari setelah hari lahirnya kami melangsungkan pernikahan.
Perjalanan yang tak disangka, proses yang begitu indahnya, dengan berbagai persiapan yang ala kadarnya. Hingga mungkin "maaf" terkesan dadakan. Keputusan kami menikah secara sederhana dengan mengundang keluarga tetangga dan beberapa sahabat yang itupun tanpa undangan tertulis secara resmi. Maaf jika banyak teman saudara yang belum bisa kami undang, bukan maksud kami melupakan kalian. Maaf seribu maaf.
Doakan kami untuk selalu mensyukuri nikmat pernikahan kami, menjadikan kami keluarga yang sakinnah mawaddah warohmah
Aamiin.
Saat ini, 21 juni 2017, pertama kali aku merasakan mudik lebaran bersamanya, suamiku. 😘